Minggu, 02 April 2017

Makalah Hakikat Akhlak



 BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Akhlak bisa dibentuk melalui kebiasaan. Seseorang yang mengerti benar akan kebiasaan perilaku yang diamalkan dalam pergaulan semata-mata taat kepada Allah dan tunduk kepada-Nya merupakan ciri-ciri orang yang mempunyai akhlak. Oleh karena itu seseorang yang sudah benar-benar memahami akhlak maka dalam bertingkah laku akan timbul dari hasil perpaduan antara hati, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan yang menyatu membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian.Dengan demikian memahami akhlak adalah masalah fundamental dalam Islam. Namun sebaliknya tegaknya aktifitas keislaman dalam hidup dan kehidupan seseorang itulah yang dapat menerangkan bahwa orang itu memiliki akhlak. Jika seseorang sudah memahami akhlak dan menghasilkan kebiasaan hidup yang baik, yakni pembuatan itu selalu diulang-ulang dengan kecenderungan hati (sadar).
Tidak bisa dipungkiri, untuk menjadi manusia yang dihormati dan disegani oleh masyarakat sekitar kita harus memiliki kepribadian yang bagus dan akhlak yang mulia. Tidak ada satu orang hebatpun di dunia ini yang tidak memiliki akhlak yang bagus. Sehebat dan sepintar apapun kita kalau akhlak dan kepribadian kita jelek dimata masyarakat, maka kita akan dikucilkan dan tidak dianggap di masyarakat.
Akhlak merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan dimanapun kita berada. Dewasa ini banyak sekali anak yang menentang dan melawan terhadap orang tunya, ini merupakan fenomena yang lazim terjadi di masyarakat kita, akhlak seorang anak terhadap orang tua sudah sangat menghawatirkan. Mereka bisa bersikap baik dengan teman tapi tidak bisa bersikap baik kepada orang tua, ini merupakan contoh kecil dari penyelewengan akhlak yang sering dilakukan oleh remaja dan anak zaman sekarang.








B.  Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari akhlak?
2.   Apakah macam-macam Akhlak?
3.   Bagaimana ruang lingkup akhlak ?
4.      Bagaimana tujuan  dan kegunaan akhlak dalam kehidupan ?
5.   seberapa pentingkah  pentingnya Akhlak dalam kehidupan ?

C.     Tujuan Penulisan Makalah
1.      Untuk mengetahui definisi akhlak.
2.      Untuk mengetahui ruang lingkup akhlak dalam perpektif islam.
3.      Untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak.
4.      Untuk mengetahui tujuan pembentukan akhlak.
5.      Untuk mengetahui manfaat pembelajaran akhlak




















BAB II
PEMBAHASAN
A.    PENGERTIAN AKHLAK
Menurut pendekatan etimologi, perkataan "akhlak" berasal dari bahasa Arab jama' dari bentuk mufradnya "Khuluqun" yang menurut logat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuain dengan perkataan "khalkun" yang berarti kejadian, serta erat hubungan "Khaliq". Sedangkan menurut pendekatan secara terminologi, berikut ini beberapa pakar mengemukakan pengertian akhlak sebagai berikut:
1.   Ibn Miskawaih
Bahwa akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran lebih dahulu.
2.   Imam Al-Ghazali
Akhlak adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu kepada pikiran dan pertimbanagan. Jika sikap itu yang darinya lahir perbuatan yang baik dan terpuji, baik dari segi akal dan syara', maka ia disebut akhlak yang baik. Dan jika lahir darinya perbuatan tercela, maka sikap tersebut disebut akhlak yang buruk.
3.   Ahmad Amin
Sementara orang mengetahui bahwa yang disebut akhlak ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya, kehendak itu bila membiasakan sesuatu, kebiasaan itu dinamakan akhlak.[1]: Menurutnya kehendak ialah ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah imbang, sedang kebiasaan merupakan perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah melakukannya, Masing-masing dari kehendak dan kebiasaan ini mempunyai kekuatan, dan gabungan dari kekuatan itu menimbulkan kekuatan yang lebih besar. Kekuatan besar inilah yang bernama akhlak.
Dengan demikian, tampak bahwa seluruh definisi akhlak sebagaimana tersebut di atas tidak ada yang saling bertentangan, melainkan saling melengkapi, yaitu sifat yang tertanam kuat dalam jiwa yang nampak dalam perbuatan lahiriah yang dilakukan dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran lagi dan sudah menjadi kebiasaan.


B. Macam-Macam Akhlak
1. Akhlak kepada Allah
Beberapa akhlak yang sudah menjadi kewajiban bagi kita sebagai mahluk kepada kholiq-Nya, diantaranya:
  • Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk menyembah-Nya sesuai denganperintah-Nya. Seorang muslim beribadah membuktikan ketundukkan terhadap perintah Allah.
  • Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan kondisi, baik diucapkan dengan mulut maupun dalam hati. Berzikir kepada Allah melahirkan ketenangan dan ketentraman hati.
  • Berdo’a kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Do’a merupakan inti ibadah, karena ia merupakan pengakuan akan keterbatasan dan penerapan akhlak dalam Kehidupan.
  • Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan menunggu hasil pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan.
  • Tawaduk kepada Allah, yaitu rendah hati di hadapan Allah. Mengakui bahwa dirinya rendah dan hina di hadapan Allah Yang Maha Kuasa, oleh karena itu idak layak kalau hidup dengan angkuh dan sombong, tidak mau memaafkan orang lain, dan pamrih dalam melaksanakan ibadah kepada Allah.
Seorang muslim harus menjaga akhlaknya terhadap Allah swt, tidak mengotorinya dengan perbuatan syirik kepada-Nya. Sahabat Ismail bin Umayah pernah meminta nasihat kepada Rasulullah saw, lalu Rasulyllah memberinya nasihat singkat dengan mengingatkan, “Janganlah kamu menjadi manusia musyrik, menyekutukan Allah swt dengan sesuatupun, meski kamu harus menerima resiko kematian dengan cara dibakar hidup-hidup atau tubuh kamu dibelah menjadi dua“. (HR. Ibnu Majah).


2.  Akhlak kepada Diri Sendiri
Adapun Kewajiban kita terhadap diri sendiri dari segi akhlak, di antaranya:
  • Sabar, yaitu prilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil dari pengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa yang menimpanya. Sabar diungkapkan ketika melaksanakan perintah, menjauhi larangan dan ketika ditimpa musibah.
  • Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang tidak bisa terhitung banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Syukur dengan ucapan adalah memuji Allah dengan bacaan Alhamdulillah, sedangkan syukur dengan perbuatan dilakukan dengan menggunakan dan memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan aturan-Nya.
  • Tawaduk, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang dihadapinya, orang tua, muda, kaya atau miskin. Sikap tawaduk melahirkan ketenangan jiwa, menjauhkan dari sifat iri dan dengki yang menyiksa diri sendiri dan tidak menyenangkan orang lain.
3.      Akhlak kepada keluarga
Akhlak terhadap keluarga adalah mengembangkann kasih sayang di antara anggota
keluarga yang diungkapkan dalam bentuk komunikasi. Akhlak kepada ibu bapak adalah berbuat baik kepada keduanya dengan ucapan dan perbuatan. Berbuat baik kepada ibu bapak dibuktikan dalam bentuk-bentuk perbuatan antara lain : menyayangi dan mencintai ibu bapak sebagai bentuk terima kasih dengan cara bertutur kata sopan dan lemah lembut, mentaati perintah, meringankan beban, serta menyantuni mereka jika sudah tua dan tidak mampu lagi berusaha.
Komunikasi yang didorong oleh rasa kasih sayang yang tulus akan dirasakan oleh seluruh anggota keluarga. Apabila kasih sayang telah mendasari komunikasi orang tua dengan anak, maka akan lahir wibawa pada orang tua. Demikian sebaliknya, akan lahir kepercayaan orang tua pada anak oleh karena itu kasih sayang harus menjadi muatan utama dalam komunikasisemua pihak dalam keluarga.

Dari komunikasi semacam itu akan lahir saling keterikatan batin,keakraban, dan keterbukaan di antara anggota keluarga dan menghapuskan kesenjangan di antara mereka. Dengan demikian rumah bukan hanya menjadi tempat menginap, tetapi betul-betul menjadi tempat tinggal yang damai dan menyenangkan, menjadi surga bagi penghuninya. Melalui komunikasi seperti itu pula dilakukan pendidikan dalam keluarga, yaitu menanamkan nilai-nilai moral kepada anak-anak sebagai landasan bagi pendidikan yang akan mereka terima pada masa-masa selanjutnya.
4.      Akhlak kepada Sesama Manusia
Berakhlak baik terhadap sesama pada hakikatnya merupakan wujud dari rasa kasih sayang dan hasil dari keimanan yang benar, sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Mukmin yang paling sempurna imanya ialah yang paling baik akhlaknya. Dan yang paling baik diantara kamu ialah mereka yang paling baik terhadap isterinya“. (HR. Ahmad).
Diantara akhlak-akhlak itu diantaranya, adalah:
a. Akhlak terpuji ( Mahmudah )
Penerapan akhlak sesama manusia yang dan merupakan akhlak yang terpuji adalah sebagai berikut:
  • Husnuzan
Berasal dari lafal husnun ( baik ) dan Adhamu (Prasangka). Husnuzan berarti prasangka, perkiraan, dugaan baik. Lawan kata husnuzan adalah suuzan yakni berprasangka buruk terhadap seseorang . Hukum kepada Allah dan rasul nya wajib, wujud husnuzan kepada Allah dan Rasul-Nya antara lain:
–          Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua perintah Allah dan Rasul-Nya Adalah untuk kebaikan manusia
–          Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua larangan agama pasti berakibat buruk.

Hukum husnuzan kepada manusia mubah atau jaiz (boleh dilakukan). Husnuzan kepada sesama manusia berarti menaruh kepercayaan bahwa dia telah berbuat suatu kebaikan. Husnuzan berdampak positif berdampak positif baik bagi pelakunya sendiri maupun orang lain.
  • Tawaduk
Tawaduk berarti rendah hati. Orang yang tawaduk berarti orang yang merendahkan diri dalam pergaulan. Lawan kata tawaduk adalah takabur. Rasulullah Saw bersabda : “Barangsiapa rendah hati kepada saudaranya semuslim maka Allah akan mengangkat derajatnya, dan barangsiapa mengangkat diri terhadapnya maka Allah akan merendahkannya” (HR. Ath-Thabrani).
  • Tasamu
Artinya sikap tenggang rasa, saling menghormati dan saling menghargai sesama manusia. Allah berfirman, ”Untukmu agamamu, dan untukku agamaku (Q.S. Alkafirun/109: 6) Ayat tersebut menjelaskan bahwa masing-masing pihak bebas melaksanakan ajaran agama yang diyakini.
  • Ta’awun
Ta’awun berarti tolong menolong, gotong royong, bantu membantu dengan sesama manusia. Allah berfirman, ”…dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan…”(Q.S. Al Maidah/5:2)
Selain sifat-sifat di atas masih banyak lagi sifat-sifat terpuji lainya yang menjadi patokan akhlak kita antar sesame.
b.  Akhlak Tercela ( Mazmumah )
Beberapa akhlak tercela yang harus kita hindari dalam kaitanya akhlak antar sesama diantaranya:
  • Hasad
Artinya iri hati, dengki. Iri berarti merasa kurang senang atau cemburu melihat orang lain beruntung. Sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Janganlah kamu saling membenci dan janganlah kamu saling mendengki, dan janganlah kamu saling menjatuhkan. Dan hendaklah kamu menjadi hamba Allah yang bersaudara dan tidak boleh seorang muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari“. (HR. Anas).
  • Dendam
Dendam yaitu keinginan keras yang terkandung dalam hati untuk membalas kejahatan. Allah berfirman:
”Dan jika kamu membalas, maka balaslah dengan (balasan) yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Tetapi jika kamu bersabar, sesungguhlah itulah yang terbaik bagi orang yang sabar” (Q.S. An Nahl/16:126)
  • Gibah dan Fitnah
Membicarakan kejelekan orang lain dengan tujuan untuk menjatuhkan nama baiknya. Apabila kejelekan yang dibicarakan tersebut memang dilakukan orangnya dinamakan gibah. Sedangkan apabila kejelekan yang dibicarakan itu tidak benar, berarti pembicaraan itu disebut fitnah. Allah berfirman,
”…dan janganlah ada diantara kamu yang menggunjing
sebagian yang lain. Apakah ada diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik…” (Q.S. Al Hujurat/49:12).
  • Namimah
Adu domba atau namimah, yakni menceritakan sikap atau perbuatan seseorang yang belum tentu benar kepada orang lain dengan maksud terjadi perselisihan antara keduanya. Allah berfirman,

”Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.” (Q.S. Al Hujurat/49:6

C.    . Ruang lingkup akhlak
Ruang lingkup akhlak dalam pandangan islam sangatlah luas sepanjang sikap jiwa atau hajat manusia, mulai dari hajat yang terkecil sampai hajat yang terbesar.
Muhammad Abdullah Daras membagi ruang lingkup akhlak menjadi 5 bagian, diantaranya:
1. Akhlak pribadi (Al-Ahklaq Al-Fardiyah). Terdiri dari: a. Yang diperintahkan (Al Awanir) b. Yang dilarang (An-Nawahi) c. Yang dibolehkan (Al Mubahal) dan d. Akhlak dalam keadaan darurat (Al-Mukholafah bi-al Idhtbirar).
2. Akhlak berkeluarga (Al-Akhlaq Al-Usrawiyah). Terdiri dari: a. kewajiban timbal balik orang tua dan anak (Wajibal nahwa al-Usbul wa-Alfuru’) b. kewajiban suami istri (Wajibal Baina al- Azwaja) dan c. kewajiban terhadap karib kerabat (Wajibal nahwa al- aqarib).
3. Akhlak bermasyarakat (Al-Akhlaq Al-Ijtima’iyah). Terdiri dari: a. Yang dilarang (Al- Mahzurrat) b. Yang diperintahkan (al- Awamir) dan c. kaedah-kaedah adab (Qowaid al- Adab).
4. Akhlak bernegara (Akhlaq ad-Daulah). Terdiri dari: a. Hubungan antara pemimpin dan rakyat (Al-Alaqah baina ar- Rais wa as- Sya’b) b. Hubungan luar negeri (al- Alaqat al Kharijiyyah).
5. Akhlak beragama (al- Akhlaq ad- Diniyah). Yaitu kewajiban terhadap Allah Swt. (Wajibat nahwa Allah).
Dari beberapa uraian diatas Yunahar Ilyas berpendapat bahwa ruang lingkup akhlak itu sangat luas, mencakup seluruh asfek kehidupan, baik secara vertikal dengan Allah Swt. maupun secara horizontal sesama makhluk Tuhan.
D. TUJUAN AKHLAK
1.      akhlak bertujuan membentuk pribadi muslim yang luhur dan mulia. Seseorang muslim yang berakhlak mulia senantiasa bertingkah laku terpuji, baik ketika berhubungan dengan Allah SWT, dengan sesama manusia, makhluk lainnya serta dengan alam lingkungan.
2.      Menghindari diri dari pengaruh akal pikiran yang menyesatkan. Manusia diberi kelebihan oleh Allah dari makhluk lainnya berupa akal pikiran. Pendapat-pendapat atau pikiran-pikiran yang semata-mata didasarkan atas akal manusia, kadang-kadang menyesatkan manusia itu sendiri. Oleh karena itu, akal pikiran perlu dibimbing oleh  akhlak agar manusia terbebas atau terhindar dari kehidupan yang sesat.
3.      Seseorang yang mempelajari ilmu ini akan memiliki pengetahuan tentang kriteria perbuatan baik dan buruk, dan selanjutnya ia akan banyak mengetahui perbuatan yang baik dan perbuatan yang buruk.


4.      Ilmua akhlak atau akhlak yang mulia juga berguna dalam mengarahkan dan mewarnai berbagai aktivitas kehidupan manusia disegala bidang. Seseorang yang memiliki IPTEK yang maju disertai akhlak yang mulia, niscaya ilmu pengetahuaan yang Ia miliki itu akan dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kebaikan hidup manusia. Sebaliknya, orang yang memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi modern, memiliki pangkat, harta, kekuasaan, namun tidak disertai dengan akhlak yang mulia, maka semuanya itu akan disalah gunakan yang akibatnya akan menimbulkan bencana dimuka bumi.
5.      Demikian juga dengan mengetahui akhlak yang buruk serta bahaya-bahaya yang akan ditimbulkan darinya, menyebabkan orang enggan untuk melakukannya dan berusaha menjauhinya. Orang yang demikian pada akhirnya akan terhindar dari berbagai perbuatan yang dapat membahyakan dirinya.( http://abiturohmansyah.blogspot.com )
6.      Akhlak juga merupakan mutiara hidup yang membedakan makhluk manusia dengan makhluk lainnya. Setiap orang tidak lagi peduli soal baik atau buruk, soal halal dan haram. Karena yang berperan dan berfungsi pada diri masing-masing manusia adalah elemen syahwat (nafsu) nya yang telah dapat mengalahkan elemen akal pikiran mengalahkan nafsunya, maka dia derajatnya di atas malaikat




E.     URGENSI AKHLAK DALAM KEHIDUPAN
Aspek – aspek ajaran islam, baik aqidah, ibadah mu’amalah bagi setiap muslim ketiganya merupakan aspek – aspek yang bersifat taklifi (kewajiban) yang harus dilaksanakan. Sejarah membuktikan bahwa semua aspek ajaran tersebut tidak dapat terlaksana tanpa adanya akhlak yang baik.Dari sini dapat dipahami bahwa akhlak merupakan pilar yang sangat penting dalam Islam.Akhlak yang mulia adalah pertanda kematangan iman serta merupakan kunci kesuksesan hidup di dunia dan akhirat.
Nabi Muhammad sebagai Rasul terakhir diutus oleh Allah untuk mengemban misi penyempurnaan akhlak manusia yang telah runtuh sejak zaman para nabi yang terdahulu.Beliau bersabda : ٳنَّمَابُعِثْتُلِأُتَمِّمَمَكَارِمَالْأَخْلاَقِرواهأحمدوالبيهقى “Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia.” (HR. Ahmad dan Baihaqi) Apakah Rasulullah diutus hanya untuk memperbaiki dan menyempurnakan akhlak?Tentu tidak hanya itu saja, tetapi pada dasarnya syariat yang dibawa para Rasul bermuara pada pembentukkan akhlak mulia. Berbagai ritual diperintahkan Allah melalui para Nabi dan Rasul, ternyata banyak bermuara pada pembentukkan akhlak, seperti dalam perintah Shalat sebagai berikut : “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat.Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Ankabut:45) Ayat tersebut secara jelas menyatakan, bahwa muara dari ibadah Shalat adalah terbentuknya pribadi yang terbebas dari sikap keji dan munkar, pada hakikatnya adalah terbentuknya manusia berakhlak mulia, bahkan jika kita telusuri proses Shalat selalu dimulai dengan berbagai persyaratan tertentu, seperti bersih badan, pakaian dan tempat, dengan cara mandi dan wudhu, Shalat dipersiapkan untuk membentuk sikap manusia selalu bersih, patuh, tata peraturan, dan melatih seseorang untuk tepat waktu. Selanjutnya, akhlak juga dapat menentukan beriman atau tidaknya seseorang,“demi Allah ia tidak beriman, demi Allah ia tidak beriman, demi Allah ia tidak beriman. Para sahabat bertanya, siapakah mereka wahai Rasulullah?

Rasulullah menjawab: orang yang tidak menyimpan rahasia kejelekan tetangganya (H. R. Muslim). Hadits tersebut secara nyata mengandung arti bahwa orang yang berakhlak buruk kepada tetangganya oleh Rasulullah dianggap tidak beriman, selama ini mungkin kita menganggap perbuatan jahat kita kepada orang lain atau tetangga sebagai sesuatu yang biasa, sesuatu yang tidak akan berpengaruh pada eksistensi keimanan, padahal kalau kita mengetahui, ternyata berakhlak jelek sangat besar pengaruhnya terhadap keimanan. Bahkan manusia paling jelek di sisi Allah pada hari kiamat adalah manusia berakhlak jelek. ” sesungguhnya manusia paling jelek disisi Allah pada hari kiamat adalah seseorang yang ditinggalkan orang lain, karena menghindari kejelekannya.” (H.R. Bukhari). Sebaliknya orang yang paling dicintai oleh Rasulullah adalah yang paling baik akhlaknya, “sesungguhnya orang yang paling aku cintai dia yang paling dekat tempat duduknya pada hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya.” (H.R. At- Tirmidzi). Ternyata orang mukmin yang sempurna imannya bukan karena banyak ibadahnya, tetapi yang baik akhlaknya, “orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya.” (H.R. Abu Daud). Demikian juga orang bertakwa dan berakhlak mulia dijamin masuk syurga,” penyebab utama masuknya manusia ke syurga, karena bertakwa kepada Allah dan kemuliaan akhlaknya.” (H. R. Tirmidzi). [3]Manusia mempunyai kecendrungan untuk berbuat baik dan buruk. Biasanya orang bertakwa akan berbuat dan bersikap baik dan mengutamakan akhlak mulia, perbuatan baik merupakan wujud kemuliaan akhlaknya, sedangkan perbuatan baik akan menghapus perbuatan-perbuatan buruk. Pencerminan diri seseorang juga sering digambarkan melalui tingkah laku atau akhlak yang ditunjukkan. Bahkan akhlak merupakan perhiasan diri bagi seseorang karena orang yang berakhlak jika dibandingkan dengan orang yang tidak berakhlak tentu sangat jauh perbedaannya





BAB III
PENUTUP
 A.                Kesimpulan
Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena akhlak mencakup segala pengertian tingkah laku, tabi’at, perangai, karakter manusia yang baik maupun yang buruk dalam hubungannya dengan Khaliq atau dengan sesama makhluk. Akhlak ini merupakan hal yang paling penting dalam pembentukan akhlakul karimah seorang manusia. Dan manusia yang paling baik budi pekertinya adalah Rasulullah S.A.W.
Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu seorang sahabat yang mulia menyatakan: “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang paling baik budi pekertinya.” (HR.Bukhari dan Muslim).
B.                 Saran
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan bagi pembaca semuanya. Serta diharapkan, dengan diselesaikannya makalah ini, baik pembaca maupun penyusun dapat menerapkan akhlak yang baik dan sesuai dengan ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun tidak sesempurna Nabi Muhammad S.A.W , setidaknya kita termasuk kedalam golongan kaumnya.






DAFTAR PUSTAKA

–  Darsono, T. Ibrahim. Membangun Akidah dan Akhlak, Solo : PT. Tiga Serangkai Pustaka  Mandiri, 2008
– Ghoni Asykur, Abdul. Kumpulan Hadits-Hadits Pilihan Bukhori Muslim. Bandung: Husaini Bandung, 1992






















DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................................
BAB 1 Pendahuluan..................................................................................................................
a.                   Latar belakang.................................................................................................
b.                  Rumusan masalah...........................................................................................
c.                   Tujuan penulisan..........................................................................................................
BAB II Isi..................................................................................................................................
a.                   Pengertian Akhlak .......................................................................................................
b.                  Macam-macam akhlak ................................................................................................
c.                   Ruang lingkup akhlak..................................................................................................
d.                  Tujuan dan kegunaan akhlak dalam kehidupan.............................................................
e.                   Pentingnya akhlak dalam kehidupan.............................................................................

BAB III Penutup.......................................................................................................................
a.                   Kesimpulan...................................................................................................................
b.                  saran..............................................................................................................................
Daftar pustaka............ ..............................................................................................................




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Makalah manajemen operasional starbuck

Daftar Isi Kata Pengantar   ................................................................................................. i...